Rabu, 06 Juni 2012

PERJALANAN ALAM ASTRAL



Jika dalam kisah perjalanan astral ke dasar samudra lebih ke arah menembus dimensi ruang maka dalam kisah perjalanan astral berikut ini adalah subyek mampu melakukan perjalanan menembus dimensi waktu. Pergi bertemu pamannya di masa muda ketika saat itu sang subyek beum lahir.

Menyadari saat keluar dari tubuh

Menjelang sore sekitar pukul 17 : 00 Wib, setelah mandi saya masuk ke dalam kamar. Rasa letih membuat ingin segera berbaring dan tidur. Setelah di atas pembaringan rasa mengantuk malah sirna. Namun saya tetap berusaha untuk memejamkan mata. Tak lama berselang antara sadar dan tidak badan terasa mengambang. Lalu keluar dari tubuh. Sempat saya berkata dalam hati, apakah ini mimpi. Tetapi mengapa saya bisa melihat seluruh ruang kamar dan benda – benda dengan jelas. Keyakinan memang itu bukan mimpi semakin jelas pada saat saya mendengar ada suara tetangga sedang berjalan lewat.

Yang terasa adalah badan begitu ringan dan rasa letih hilang. Sementara itu badan yang lain mirip saya terlihat sedang terlelap tidur di atas pembaringan. Karena peristiwa ini bukan baru sekali saya tidak merasa takut dan cemas. Justru kadang saya berusaha menikmati keadaan dimana tubuh dirasakan  seringan kapas dan dengan satu kali gerakan saja jika saya mau maka bisa terbang melesat cepat seperti angin.

Pengalaman terbang dan bertemu banyak manusia lain

Saya keluar dari kamar tanpa perlu membuka pintu, lalu membubung ke angkasa dan semakin tinggi. Di sepanjang perjalanan saya menjumpai beberapa orang yang juga terbang dengan cara yang sama seperti saya. Di atas saya bahkan terlihat sekelompok anak – anak seusia kira – kira 6 tahunan, mereka terbang dan bermain -  main dengan  gembira. Lalu ada seorang pemuda dan nenek  yang terbang begitu cepat seperti berkejaran hampir menabrak tubuh saya. Tapi anehnya tak ada tabrakan atau sentuhan yang saya rasakan . Semua berlalu seperti deru angin yang berlalu.

Terhisap ke dalam sebuah terowongan panjang

Dari atas awan – awan saya menikmati pemandangan di bawah. Terlihat ada sebuah terowongan  berbentuk seperti sumur bawah tanah, lalu tubuh ini tiba – tiba seperti terhisap ke sana dan melesat sangat cepat. Lorong itu remang – remang dan sempit, mau mundur kembali sudah tidak mungkin karena kecepatan terbang saya dalam lorong seperti tak terkendali. Padahal biasanya dalam pengalaman terbang seperti ini saya bisa mengatur kecepatan. Baiklah akhirnya saya nekad terus memasuki lorong panjang itu, lama –kelamaan lorong tersebut makin luas dan terang. Tidak tahu bagaimana prosesnya secara detail, yang jelas saya saat sudah keluar dari lorong dan  berada di sebuah mulut gua yang menghadap ke bibir pantai.Tepatnya diatas ketinggian sebuah tebing

Mendarat di tempat masa kecil

Dan saya segera melesat terbang lagi di atas. Melintasi pegunungan dan hutan – hutan lalu terlihat ada areal persawahan yang sangat luas dan hijau subur. Sepertinya saya mengenal daerah itu. Dengan gerakan menukik tubuh ini menuju ke  areal persawahan itu. Saya mendarat di bawah pohon mangga yang rindang dan 20 meter dari pohon itu tampak beberapa petani sedang membersihkan gulma. Pelan – pelan saya melangkah melewati para petani itu. Sempat juga saya takut terlihat mereka dan kuatir mereka akan bertanya tentang saya. Namun rupanya tak seorangpun dari kelima petani itu bisa melihat kehadiran saya. Merasa yakin bahwa mereka ternyata tidak menyadari dan tidak melihat keberadaan saya, saya dengan tenang melewati para petani itu.

Melihat Pak Min  tetanggaku dan rumah nenek

Saya tidak tahu hendak menuju ke mana lagi setelah ini. Keinginan untuk terbang lagi muncul dan saya tinggal menghentakkan sedikit tubuh  dan menggerakkan kaki lalu saya sudah melesat lagi di atas pematang sawah itu. Terlihat ada rumah beratap genteng berbentuk joglo. Sepertinya saya akrab dengan rumah itu, bukannya itu rumah nenekku. tetapi kapan ya terakhir saya di sana. Saya coba berpikir keras uuntuk mengingat – ingat. Oh ada seorang bapak – bapak lewat depan rumah tersebut dengan membawa kayu bakar. Wajahnya saya tahu persis. Bukankah bapak itu yang sering ku panggil pak Min putih ketika aku masih kecil . Aku heran bagaimana mungkin dia ada di sini, dan mengapa rambutnya tidak berwarna putih, dan wajahnya masih belum tua benar. Apakah aku keliru lihat. Berbagai pertanyaan berkecamuk di pikiranku. Ini seperti memutar film saja. Aku melihat orang – orang lain yang pernah kulihat tapi dalam kondisi yang berbeda. Mereka terlihat masih muda dan segar. Aneh.

Aku ingin pulang

Lalu saya memutuskan untuk berjalan kaki saja sambil mencoba mmengingat – ingat tentang tempat yang kudatangi tersebut. Rasanya aku pernah tinggal di sini tapi kapan aku tidak ingat persis. Pada saat aku berjalan di  jalan setapak dekat saluran irigasi sawah aku mulai menguasai keadaan. Oh aku masih ada tugas malam ini yang harus ku kerjakan dan aku ingin segera kembali ke rumahku. Tapi pasti akan terlambat tiba di rumah karena aku yakin tempat ini jauh sekali. Herannya saat itu saya seolah lupa bahwa  bisa melakukan terbang dengan cepat untuk kembali lagi ke tempat asal.

Bertemu laki – laki bermantel kuning

Saat saya merasa panik dan gelisah itu ada seorang laki – laki separuh baya mengenakan mantel kuning menyapa saya. “ Ada apa denganmu?”

Terus terang saya menjadi kaget setengah mati, lho ada yang bisa melihat saya rupanya. Padahal dari tadi saya aman – aman saja berjalan – jalan di desa ini tanpa seorangpun yang melihat. Lalu saya jawab “ Saya mau tanya ada orang yang punya alat komunikasi jarak jauh tidak ya disini, semacam telepon atau  radio panggil”

Dia tidak menjawab banyak hanya  menunjukan arah rumah seseorang dan dia berpesan bahwa saya nanti akan bertemu seorang bapak yang akan mengantar saya pada keluarga yang punya radio panggil itu.

Setelah dia mengatakan itu lalu berjalan lagi kearah yang berlawanan dengan saya, jalannya sangat cepat seolah terbang. Dalam sekejab saya sudah tidak melihatnya lagi.

Melihat pamanku di masa mudanya

Benar apa yang dikatakan laki – laki bermantel kuning itu, saya bertemu seorang bapak dan dia mengantarkan pada salah satu keluarga yang kaya di situ. Setibanya di depan rumahnya saya melihat pemilik rumah itu persis sama dengan paman saya yang saya kenal ketika kecil.Tetapi pakaiannya kog seperti ini ya pikir saya. Dengan rambut gondrong dan celana cutbray putih era tahun 60 an. Di tangannya memegang handy talkie tempo dulu. Wah, benar ini pamanku. Saya sempat berbicara dengan beliau dan meminta tolong untuk menghubungi tempat saya bekerja, dan menyampaikan bahwa saya akan terlambat hadir mengirim materi tugas.

Orang yang mirip dengan pamanku tidak berhasil mengirim pesan dan gagal menghubungi kantor saya. Akhirnya saya pamit dan berlari secepat kilat, lalu sembunyi dari penglihatan orang – orang itu untuk bersiap – siap terbang. Tak lama kemudian saya sudah tiba di dekat  pohon mangga tempat dimana saya mendarat pertama kalinya. Dengan konsentrasi penuh saya segera terbang dan ingin cepat kembali ke rumah. Benar – benar kecepatan yang sangat luarbiasa dari seluruh pengalaman terbang selama ini. Mungkin setara dengan kecepatan terbang jet.

Tempat tinggal tertutup kabut

Lalu ketika berada di puncak awan – awan saya melihat pulau – pulau   kecil dan anak gunung krakatau. Konsentrasi semakin saya tingkatkan agar cepat sampai ke rumah.

Dengan sekali gerakan mendorong tubuh tibalah saya ke tempat dimana tadi pertama kali berangkat terbang. Mengapa pemandangan menjadi berubah. Saya tidak berhasil menemukan gedung – gedung yang menjulang di sekitar tempat tinggal selama ini. Yang terlihat justru pohon – pohon dan semak rimbun. Padahal hati kecil saya begitu yakin bahwa ini adalah tempat tinggal asal saya. Mungkinkah ada hubungannya dengan cara saya kembali yang tidak sama yakni melalui lorong seperti ketika keberangkatan saya di awal perjalanan tadi.

Saya berusaha untuk terus mengingat dan memikirkan bagaimana caranya menemukan jalan untuk kembali. Saya memusatkan keinginan dan niat saya untuk kembali. Tiba – tiba saya perhatikan pohon dan semak – semak itu mulai menipis berganti kabut dan terlihat sedikit demi sedikit bangunan modern dan gedung bertingkat, lampu kota berkelap kelip. Oh betapa leganya saya ternyata saya tidak salah jalan pulang . Hanya tadi masih tertutup kabut dan pemandangan  yang memiliki perbedaan waktu.

Pulang  dan masuk ke tubuh asli

Akhirnya saya merendahkan posisi terbang dan mendekati rumah tempat tinggal lalu memasuki pintu kamar tanpa membukanya. Tampak tubuh saya terbaring dengan tenang dan nyenyak sekali. Saya berusaha masuk ke dalam tubuh melalui ujung kaki dan menyusupkan badan sampai kepala. Akhirnya saya bisa menguasai  keadaan kembali. . Dan kesadaran menjadi penuh. Saya bangun dan merasa terheran – heran sendiri. Ke mana saja saya tadi. Hampir tidak menemukan jalan pulang. Dan yang membuat aneh mengapa bisa  bertemu paman saya dan pak Min Putih tapi mereka masih muda dan segar. Ini menjadi misteri pertanyaan bagi saya setiap kali teringat perjalanan tersebut. Apa sebenarnya makna perjalanan – perjalanan yang saya tidak pernah mengerti ini. Saat saya lihat jam dinding sudah pukul 18: 25 Wib. Berarti tadi hanya kurang lebih satu setengah jam saja dan terasa seolah – olah berhari – hari.

Dikisahkan untuk metasains. Di edit oleh Andre Birowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar